Kemajuan Teknologi di Bidang Konstruksi
Halo massa OSKM 2020! Perkenalkan nama saya Uzair Adli dari FTSL 2020, keluarga OSKM 155. Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas isu di bidang konstruksi bangunan. Tidak dapat kita pungkiri, kemajuan teknologi yang pesat terjadi di hampir setiap aspek kehidupan. Mulai dari dunia hiburan, pendidikan, hingga salah satu dari tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu tempat tinggal. Kemajuan yang terjadi dalam bidang ini menyangkut soal konstruksi nya yang begitu maju. Namun, tidak semua yang berkaitan dengan kemajuan membawa keuntungan. Menurut saya, kemajuan ini menjadi tantangan baru bagi generasi muda.
Kemajuan teknologi di bidang konstruksi sudah dirasakan saat ini, walaupun masih sebagian kecil. Kemajuan tersebut ditandai dengan adanya teknologi 3D printing bangunan. 3D printing merupakan pencetakan sebuah objek dimensi 3 menggunakan mesin cetak yang sudah diprogramkan menggunakan komputer. Mesin cetak ini tidak hanya bisa membuat objek-objek ukuran kecil, tetapi juga objek besar seperti rumah. Bahan bangunan yang digunakan sebagai tembok rumah hanyalah plastik, logam, dan beton yang dijadikan satu adonan layaknya tinta pada printer satu dimensi. Bahan bangunan ini kemudian dicetak sesuai dengan desain dari komputer.
Dari penjelasan singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembangunan menggunakan 3D printing memakan waktu yang lebih singkat serta tenaga kerja yang lebih sedikit dibanding pembangunan secara manual. Ada saatnya pembangunan dengan metode ini akan menjadi cara utama pembuatan rumah bahkan gedung-gedung pencakar langit karena lebih efektif dari segi biaya maupun waktu. Hal ini menurut saya menjadi masalah yang cukup penting di kemudian hari. Masalah yang mungkin timbul adalah masalah ekonomi.
Jika dikaitkan dengan VUCA, isu ini bisa dibilang sangat kompleks. Pembangunan secara konvensional membutuhkan bahan bangunan dan tenaga kerja yang lebih banyak. Bahan bangunan seperti batu bata, semen, pasir dan lain sebagainya tentu tidak akan dibutuhkan lagi jika konstruksi dilakukan menggunakan 3D printing. Hal ini tentu merugikan pedagang material bangunan yang tentunya tidak akan menjual menjual bahan material cetakan 3D printing jika metode yang digunakan oleh para pedagang tetap sama. Tidak hanya pedagang, tetapi juga pekerja bangunan (kuli bangunan) akan merasakan kerugiannya. Hal ini bisa memperkecil lapangan pekerjaan. Pembangunan secara konvensional yang membutuhkan banyak pekerja bangunan bisa langsung berubah menjadi suatu pembangunan tanpa pekerja, hanya membutuhkan mesin cetak dan "tinta"nya, jadilah sebuah rumah. Maka dari itu, masalah ini termasuk masalah yang perubahannya terjadi dalam waktu yang singkat (volatile).
Namun, masalah di atas tidak akan terjadi jika SDM di Indonesia memiliki daya saing yang tinggi serta keterampilan dalam mengaplikasikan teknologi. Maka dari itu, penting bagi kita generasi muda untuk adaptif terhadap perubahan dan peka terhadap kebutuhan yang ada di masyarakat sesuai zamannya.
#TantanganMasaDepan
#DuniaVUCA
#OSKMITB2020
#TerangKembali
KEREN BGTSIH TERNYATA ADLI PUNYA BLOG GINI🤩🤩
BalasHapus